pemuda bersahaja
Selasa, 15 Januari 2013
Rabu, 15 Agustus 2012
Selasa, 14 Agustus 2012
Makalah
Sejarah Kesastraan Indonesia
Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik
Novel
(Berdasarkan Angkatan)
DISUSUN OLEH :
NAMA : FERLY RAMADHANA
NO BP : 1110007744534
PRODI : Bahasa dan Sastra Indonesia
Dosen Pembimbing
: Leni Mainora, M. Pd
STKIP ABDI PENDIDIKAN
PAYAKUMBUH
TAHUN 2012
DAFTAR ISI
Daftar
Isi………………………………………………………………………….
Bab I Kajian
Teori………………………………………………………………
1.
Definisi
Novel……………………………………………………………
Bab II
Analisis Singkat………………………………………………………….
2.1 Angkatan Balai Pustaka……………………………………………….
2.2 Angkatan Pujangga
Baru………………………………………………
2.3 Angkatan
1945…………………………………………………………..
2.4 Angkatan
1950…………………………………………………………..
2.5 Angkatan
1966…………………………………………………………..
2.6 Angkatan 1980 an / 2000
an……………………………………………
Bab III Kesimpulan……………………………………………………………..
Bab IV
Sipnopsis Novel…………………………………………………………
4.1 Angkatan Balai
Pustaka………………………………………………..
4.2 Angkatan Pujangga
Baru………………………………………………
4.3 Angkatan
1945…………………………………………………………..
4.4 Angkatan
1950…………………………………………………………..
4.5 Angkatan
1966…………………………………………………………..
4.6 Angkatan 1980 an / 2000
an…………………………………………….
Bab V
Penutup……………………………………………………………………
Daftar Pustaka………………………………………………………………….
|
BAB I
KAJIAN TEORI
1.
Definisi Novel
Novel
adalah bentuk sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling
banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya komunitasnya yang luas
pada masyarakat. Di Indonesia Sendiri
Novel terdiri atas beberapa angkatan . Dari sekian banyak bentuk sastra seperti esei, puisi, novel,
cerita pendek, drama, bentuk novel, cerita pendeklah yang paling banyak dibaca
oleh para pembaca. Karya– karya modern klasik dalam kesusasteraan, kebanyakan
juga berisi karya– karya novel.
Novel merupakan bentuk karya sastra
yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak beredar, lantaran
daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Sebagai bahan bacaan, novel dapat
dibagi menjadi dua golongan yaitu karya serius dan karya hiburan. Pendapat
demikian memang benar tapi juga ada kelanjutannya. Yakni bahwa tidak semua yang
mampu memberikan hiburan bisa disebut sebagai karya sastra serius. Sebuah novel
serius bukan saja dituntut agar dia merupakan karya yang indah, menarik dan
dengan demikian juga memberikan hiburan pada kita. Tetapi ia juga dituntut
lebih dari itu. Novel adalah novel syarat utamanya adalah bawa ia mesti
menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas setelah orang habis membacanya.
Novel yang baik dibaca untuk
penyempurnaan diri. Novel yang baik adalah novel yang isinya dapat memanusiakan
para pembacanya. Sebaliknya novel hiburan hanya dibaca untuk kepentingan santai
belaka. Yang penting memberikan keasyikan pada pembacanya untuk
menyelesaikannya. Tradisi novel hiburan terikat dengan pola – pola. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa novel serius punya fungsi social, sedang novel
hiburan Cuma berfungsi personal. Novel berfungsi social lantaran novel yang
baik ikut membina orang tua masyarakat menjadi manusia. Sedang novel hiburan
tidak memperdulikan apakah cerita yang dihidangkan tidak membina manusia atau
tidak, yang penting adalah bahwa novel memikat dan orang mau cepat–cepat
membacanya.
Pengertian novel menurut beberapa
ahli :
Novel adalah bentuk sastra yang paling popular
di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar,
lantaran daya komunitasnya yang luas pada masyarakat (Jakob Sumardjo Drs)
Novel
adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya social,
moral, dan pendidikan (Dr. Nurhadi, Dr. Dawud, Dra. Yuni Pratiwi,
M.Pd, Dra. Abdul Roni, M. Pd).
Novel
merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu : undur intrinsik dan
unsur ekstrinsik yang kedua saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam
kehadiran sebuah karya sastra (Drs. Rostamaji,M.Pd, Agus priantoro, S.Pd).
Novel
adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsure-unsur intrinsic
(Paulus
Tukam, S.Pd)
Ada
dua unsur utama dalam karya sastra, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur
ekstrinsik berupa segala sesuatu yang menginspirasi penulisan karya sastra dan
mempengaruhi karya sastra secara keseluruhan. unsur Intrinsik adalah unsur yang terdapat di dalam karya
sastra.yang mempengaruhi karya sastra tersebut,unsure intrinsik dalam cerita
meliputi
A.
Unsur Intrinsik
a.
Tema dan amanat
Tema
ialah persoalan yang menduduki tempat utama dalam karya sastra. Tema mayor
ialah tema yang sangat menonjol dan menjadi persoalan. Tema minor ialah tema
yang tidak menonjol.
Amanat
ialah pemecahan yang diberikan oleh pengarang bagi persoalan di dalam karya
sastra. Amanat biasa disebut makna. Makna dibedakan menjassdi makna niatan dan
makna muatan. Makna niatan ialah maknayang diniatkan oleh pengarang bagi jkarya
sastra yang ditulisnya. Makna muatan ialah makna yang termuat dalam karya
sastra tersebut.
b.
Tokoh dan penokohan
Tokoh
ialah pelaku dalam karya sastra. Dalam karya sestra biasanya ada beberapa
tokoh, namun biasnya hanya ada satu tokoh utama. Tokoh utama ialah tokoh yang
sangat penting dalam mengambil peranan dalam karya sastra. Dua jenis tokoh
adalah tokoh datar (flash character) dan tokohbulat (round character).
Tokoh
datar ialah tokoh yang hanya menunjukka satu segi, misalnya baik saja atau
buruk saja. Sejak awal sampaiu akhir cerita tokoh yang jahat akan tetap jahat.
Tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya,
kelebihan dan kelemahannya. Jadi ada perkembangan yang terjadi pada tokoh ini.
Dari segi kejiwaan dikenal ada tokoh introvert dan ekstrovent. Tokoh introvert
ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh ketidaksadarannya. Tokoh
ekstrovert ialag pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh kesadarannya.
Dalam karya sastra dikenal pula tokoh protagonist dan antagonis.
Protagonisialah tokoh yang disukai pembaca atau penikmat sastra karena
sifat-sifatnya. Antagonis ialah tokoh yang disukai pembaca atau penikmat sastra
karena sifat-difatnya.
Penokohan
atau perwatakan ialah teknik atau cara-cara menampilkan tokoh. Ada beberapa
cara menampilkan tokoh. Cara analitik, ialah cara cara penampilan tokoh secara
langsung malalui uraian pengarang. Jadi pengarang menguraikan cirri-ciri tokoh
tersebut secara langsung. Cara dramatic, ialah cara mnampilkan tokoh tidak
secara langsung tetapi melalui gambaran ucapan, perbuatan, dan komentar atau
penilaian pelaku atau tokoh dalam suatu ceita. Dialog ialah cakapan antara
seorang tokoh dengan banyak tokoh. Dualog ialah cakapan antara dua tokoh saja.
Monolog ialah cakapan batin terhadap kejadian lampau dan yang sedang terjadi.
Solilokui ialah bentuk cakapan batin terhadap peristiwa yang akakn terjadi.
c.
Alur dan Pengaluran
Alur
disebut juga plot, yaitu rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab
akibat sehingga menjadi satu kesatuan yang padu bulat, dan utuh. Alur terdiri
atas beberapa bagian:
1) Awal, yaitu pengarang mulai memperkenalkan
tokoh-tokohnya.
2) Tikaian, yaitu terjadi konflik di antara
tokoh-tokoh pelaku.
3) Gawatan atau rumitan, yaitu konflik
tokoh-tokoh semakin seru.
4) Puncak, yaitu saat puncak konflik di antara
tokoh-tokhnya.
5) Leraian, yaitu saat peristiwa konflik semakin
reda dan perkembangan alur mulai terungkap.
6) Akhir, yaitu seluruh peristiwa atau konflik
telah terselesaikan.
Pengeluaran,
yaitu teknik atau cara-cara menampilkan alur. Menurut kualitasnya, pengeluaran
dibedakan menjadi alur erat dan alur longgar. Alur erat ialah alur yang tidak
memungkinkan adanya pencabangan cerita. Alur longgar ialah alur yang
memungkinkan adanya pencabangan cerita. Menurut kualitasnya, pengeluaran
dibedakan menjadi alur tunggal dan alur ganda. Alur tunggal ialah alur yang
hanya satu dalam karya sastra. Alur ganda ialah alur yang lebih dari satu dalam
karya sastra. Dari segi urutan waktu, pengeluaran dibedakan kedalam alur lurus
dan tidak lurus. Alur lurus ialah alur yang melukiskan peristiwa-peristiwa
berurutan dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus ialah alur yang
melukiskan tidak urut dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus bias
menggunakan gerak balit (backtracking), sorot balik (fashback), atau campuran
keduanya.
d.
Latar dan Pelataran
Latar
disebut juga setting, yaitu tempat atau waktu terjadinya peristiwa-peristiwa
yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Latar atau setting dibedakan menjadi
atar material dan social. Latar material ialah lukisan latar belakang alam atau
lingkungan di mana tokoh tersebut berada. Latar sosial, ialah lukjisan
tatakrama tingkah laku, adapt, dan pandangan hidup. Sedangkan pelataran ialah
teknik atau cara-cara menampilkan latar.
e.
Pusat Pengisahan
Pusat
pengisahan ialah dari mana suatu cerita dikisahkan oleh pencerita. Pencerita di
sini adalah pribadi yang diciptakan pengarang untuk menyampikan cerita. Paling
tidak ada dua pusat pengisahan yaitu pencerita sebagai orang pertama dan
pencerita sebagai orang ketiga. Sebagai orang pertama, pencerita duduk dan
terlibat dalam cerita tersebut, biasanya sebagai aku dalam tokoh cerita.
Sebagai orang ketiga , pencerita tidak terlibat dalam cerita tersebut tetapi ia
duduk sebagai seorang pengamat atau dalang yang serba tahu.
f.
Karakter
Tokoh
dalam cerita. Karakter dapat berupa manusia, tumbuhan maupun benda. Karakter
dapat dibagi menjadi:
1. Karakter utama: tokoh yang membawakan tema dan
memegang banyak peranan dalam cerita.
2. Karakter pembantu: tokoh yang mendamping
karakter utama.
3. Protagonis: karakter/tokoh yang mengangkat
tema.
4. Antagonis: karakter/tokoh yang memberi konflik
pada tema dan biasanya berlawanan dengan karakter protagonis.m(ingat, tokoh
antagonis belum tentu jahat)
5. Karakter statis (flat/ static character):
karakter yang tidak mengalami perubahan kepibadian atau cara pandang dari awal
samp[ai akhir cerita.
6. Karakter dinamis (Round/dynamic character):
kasrakter yang mengalami perubahan kepribadian dan cara pandang . karakter ini
biasanya dibuat semirip mungkin dengan manusia sesungguhnya, terdiri atas sifat
dan kepribadian yang kompleks.
Catatan:
karakter pembantu biasanya aadalah karaker statis karena tidak digambarkan
secara detail oeh penulis sehingga peruybahan kepibadian dan cara pandangnya
tidak pernah terlihat secara jelas.
g.
Karakterisasi
Cara
penulis menggamnarkan karakter. Ada banyak cara untuk menggali penggambaran
karakter, secara garis besar karakterisasi ditinjau melalui dua cara yaitu
secara naratif dan dramatic. Tekniknaratif berarti karakterisasi dari tokoh
dituliskan langsung oleh penulis atau narrator. Teknik daramatik dipakai ketika
karakterisasi torkoh terlihat dari antara lain: penampilan fisik karakter, cara
berpakaian, kata-kata yang diucapkan, dialognya dengan karakter lain, pendapat
kerakter lain, dll.
h.
Konflik
Konfklik
adalah pergumulan yang dialami olh karakter dalam serita dan. Konflik ini
merupakan inti dari sebuah karya sastra yang pada akhirnya memberntuk plot. Ada
empat macam konflik, yang dibagi dalam dua garis besar:
Ø Konflik internal
Individu-diri
sendiri: konflik ini tidak
melibatkan orang lain, konflik ini ditandai dengan gejolak yang timbul dalam
diri sendiri mengenai beberapa hal seperti nilai-nilai. Kekuatan karakter akan
terlihat dalam usahanya menghadapi gejolak tersebut.
Ø Konflik eksternal
Individu-individu:
onflik yang dialami dedeorang dengan orang lain.
Individu-alam: konflik yang dialami individu dengan alam.
Konflik ini menggambarkan perjuangan individu dalam usahanya untuk
mempertahankan diri dalam kebesaran alam.
Individu-Lingkungan/masyarakat: konflik yang
dialami individu dengan masyarakat atau lingkungan hidupnya.
i.
Symbol
Symbol
digunakan untuk mewakili sesuatu yang abstrak. Contoh: burung gagak (kematian).
j.
Sudut Pandang
Sudut pandang yang
dipilih penulus untuk menyampaikan ceritanya.
Ø Orang pertama: penulis berlaku sebagai
karakter utama cerita, iini diutandai dengan penggunaan kata “aku”. Penggunaan
teknik ini menyebabkan pembaca tidak mengetahui segala ha yang tidak
diungkapkan oleh sang narrator. Keuntungan dari teknik ini dalah pembaca merasa
menjadi bagian dari cerita.
Ø Orang kedua: teknik yang banyak menggunakan
kata ‘kamu’ atau ‘anda’. Teknik ini jarang sipakai karena memaksa pembaca untuk
mampu berperan serta dalam cerita.
Ø Orang ketiga: cerita dikisahkan mnggunakan
kata ganti orang ketiga, seperti:mereka dan dia.
k.
Teknik Penggunaan Bahasa
Dalam
menuangkan idenya, penulis biasa memilih kata-kata yang dipakainya sedemikian
rupa sehingga segala pesannya sampai kepada pemabaca. Selain itu, teknik
penggunaan bahasa yang baik juga membuat tuisan menjadi indah dan mudah dikenang.
Teknik berbahasa ini misalnya menggunakan majas, idiom, dan peribahasa.
B.
Unsur
Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik sebuah karya sasta dari
luarnya menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan lain-lain. Tidak ada sebuah
karya sastra yang tumbuh otonom, tetapi selalu pastibewrhubungan secara
ekstrinsik dengan luar sastra, dengan sejumlah faktor kemasyarakatan seperti
tradisi sastra, kebudayaan llingkungan, pembaca sastra, serta kejiwaan mereka.
Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa unsur ekstrinsik ialah unsur yang
membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri. Untuk melakukan pendekatan
terhadap unsur ekstrinsik , diperlukan bantuan ilmu-ilmu kerabat seperti
sosiologi, psikologi,filsafat, dan lain-lain.
Menurut Tuhusetya (2007), sebuah karya sastra
yang baik mustahil dapat menghindarkan dari dimensi kemanusiaan.
Kejadia-kejadian yang terjadi dalam masyarakat pada umumnyadijadikan seumbner
ilham, bagi para sastrawan untuk membuat suatu karya sastra.
Seorang sastrawan mamiliki penalaran tinggi,
mata batin yang tajam, dan memiliki daya intuitif yang peka.
Kelebihan-kelebihan itu jarang sekali ditemukan pada orang awam. Dalam hal ini,
karya sastra yang lahir pun akan diwarnai oleh latar belakang sosiokultural
yang melingkupi kehidupan sastrawannya.
Suatu keabsahan jika dalam karya sastra
terdapat unsur-unsur ekstrinsik yang turut mewarnai karya sastra. Unsur-unsur
ekstrinsik yang dimaksud seperti filsafat, psikologi, religi gagasan, pendapat,
sikap, keyakinan, dan visi lain dari pengarang dalam memandang dunia. Karena
unsur-unsur ekstrinsik itulayh yang menyebabkan karya sastra tidak mung
terhindar dari amanat, tendensi, unsur mendidik, dan fatwa tentang makna
kearifan hidup yang ingin disampaikan kepada pembaca.
Secara urutan waktu maka sastra
Indonesia terbagi atas beberapa angkatan:
·
Angkatan Balai Pustaka
·
Angkatan Pujangga Baru
·
Angkatan Zaman Jepang
·
Angkatan 1945
·
Angkatan 1950 - 1960-an
·
Angkatan 1966 - 1970-an
·
Angkatan 1980 - 2000-an
Masing masing angkatan memilikki
gaya atau ciri khas tersendiri dalam menghasilkan karya sastranya . dalam
makalah ini penulis akan membahas unsur-unsur Instrinsik dan ekstrinsik dari
novel beberapa angkatan .
BAB II
ANALISIS
SINGKAT
2.1
Angkatan Balai Pustaka
Angkatan Balai Pusataka
merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang
dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa
(roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi
mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah
sastra di Indonesia pada masa ini. Marah Roesli salah satu dari sekian banyak
Penulis angkatan Balai Pustaka dengan karyanya siti nurbaya tahun 1922 .
A.
Unsur Instrinsik Novel “Siti Nurbaya” :
1.
Tema : kisah cinta yang tak kunjung
padam dari sepasang anak manusia
2.
Tokoh / Watak :
Karakter
dan sifat Tokoh-tokoh pada Novel:
Ø Siti Nurbaya berwatak baik, rela
berkorban demi ayahnya.
Ø Samsulbahri berwatak baik, bijak,
rela berkorban demi Siti Nurbaya.
Ø Baginda Sulaiman berwatak Pasrah
pada nasib, kurang bijak, rela mengorbankan anaknya demi membayar hutang.
Ø Datuk Maringgih berwatak culas,
moralnya bobrok, serakah, jahat, biang masalah.
3. Latar
tempat Di kota Padang dan di Stovia, Jakarta (tempat sekolah Samsulbahri)
4. Latar
waktu : pada masa dimana Kota Padang masih terjadi banyak huru hara juga saat dimana
moral masih bobrok.
5. Alur
yang digunakan adalah alur maju
6. Sudut
pandang orang ketiga ( serba tahu )
7. Gaya
bahasa : Bahasa Melayu
8. Pesan
moral : Demi orang-orang yang dicintainya seorang wanita bersedia mengorbankan
apa saja meskipun ia tahu pengorbanannya dapat merugikan dirinya sendiri.
Lebih-lebih pengorbanan tersebut demi orang tuanya.
B.
Unsur Ekstrinsik Novel Siti Nurbaya adalah :
1.
Keadaan
subjektivitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup.
Keadaan Subjektivitas: pengarang
berusaha melakukan inovasi baru, dengan menggebrak Sastra Indonesia Modern
dengan melncurkan novel ini dengan gaya bahasa sendiri. Pandangan hidup penulis
adalah pandangan hidup ke depan dan penuh inovasi baru. Dan juga tak terpaut
juga terkekang dengan adat istiadat lama.
2.
Psikologi
pengarang (yang mencakup proses kreatifnya.
Psikologi pengarang: merasa
terkekang dengan adat istiadat lama, dan melakukan terobosan dengan mengarang
buku novel, “Siti Nurbaya”.
3.
Keadaan
di lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial.
Keadaan yang terjadi: masih
terkekang dalam kehidupan adat istiadat yang masih kuno, baik dari segi
ekonomi, politik dan sosialnya. Lalu pengarang berusaha membuat terobosan baru
dengan karyanya.
4. Pandangan hidup
suatu bangsa dan berbagai karya seni yang lainnya.
Pandangan yang terjadi: pada saat
itu pandangan karya seni cenderung monoton, dan gaya bahsanya hanya itu saja,
jadi Marah Rusli membuat gebrakan dengan memunculkan gaya bahasa Melayu
2.2 Angkatan Pujangga Baru
Pujangga Baru muncul
sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap
karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang
menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru
adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis.Salah satu pengarang
angkatan pujangga baru adalah sutan takdir alisjahbana dengan salah satu
karyanya adalah layar terkembang pada tahun 1936 .
A. Unsur Instrinsik Novel “Layar
Terkembang”
1. Tema
: Perjuangan Wanita Indonesia
2. Tokoh
/ Watak :
a. Maria : Anak Raden Wiriaatmaja, seseorang yang
mudah kagum,mudah memuji dan memuja,lincah dan periang.
b. Tuti : Anak Raden Wiriaatmaja, seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan wanita,selalu serius,jarang memuji,pandai dan cakap dalam mengerjakan sesuatu.
c. Yusuf : Putra Demang Munaf di Martapura, seseorang mahasiswa kedokteran yang pandai dan baik hati.
b. Tuti : Anak Raden Wiriaatmaja, seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan wanita,selalu serius,jarang memuji,pandai dan cakap dalam mengerjakan sesuatu.
c. Yusuf : Putra Demang Munaf di Martapura, seseorang mahasiswa kedokteran yang pandai dan baik hati.
3. Latar
tempat Gedung Akuarium di Pasar Ikan, Rumah Wiriaatmaja, Mertapura di
Kalimantan Selatan,Rumah Sakit di Pacet, Rumah Partadiharja,Gedung
Permufakatan.
4. Latar
waktu : pagi , siang , petang dan malam hari
5. Alur
yang digunakan adalah alur maju
6. Sudut
pandang Orang ketiga yang ditandai dengan menggunakan nama dalam menyebutkan
tokoh-tokohnya.
7. Gaya
bahasa : Bahasa Melayu – Indonesia
8. Pesan
moral : Perempuan harus memiliki pengetahuan yang luas sehingga dapat
memberikan pengaruh yang sangat besar didalam kehidupan berbangsa dan bernegara
dengan demikian perempuan dapat lebih dihargai kedudukannya di masyarakat
B. Unsur Ekstrinsik Novel
Layar Terkembang adalah :
Kemampuan pengarang untuk menaikkan derajat
wanita dalam novel ini . dalam novel ini perjuangan wanita tidak lagi dianggap
sebelah mata tetapi dapat dilihat dari kekuatan perasaan wanita dalam
menghadapi problema kisahnya.
2.3 Angkatan 1945
Pengalaman hidup dan
gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan 1945.
Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga
baru yang romantik-idealistik.. Atheis adalah sebuah novel karya Achdiat Karta Mihardja.
A.
Unsur Intrinsik
Novel “Atheis” adalah :
1.
Tema
: Kepercayaan terhadap Tuhan YME
2.
Tokoh :
ü Hasan berwatak protagonist , ia
selalu dipengaruhi oleh orang-orang yang disekitarnya mengenai agama .tetapi
pada akhir hayatnya ia mampu mempertahankan agamanya Islam.
ü Kartini adalah seorang istri hasan
dia seorang yang atheis dan selalu mempengaruhi suaminya untuk menjadi seorang
yang atheis
ü Anwar adalah sahabat dari Hasan dan
kartini , sifatnya sama yaitu selalu mempengaruhi hasan untuk menjadi seorang
yang atheis
ü Raden Wiradikarta adalah seorang
ayah dari Hasan , beliau figure bapak yang keras dalam mendisplinkan anak-anaknya.
3.
Latar
Tempat Lereng gunung Telaga Bodas bernama kampung Panyeredan, dan Wilayah
Bandung Kota.
4.
Sudut
Pandang : Menggunakan sudut pandang orang pertama (Aku )
5.
Gaya
Penulisan : Masih tercampur oleh bahasa asing ( jepang-belanda)
B. Unsur
Eksrtrinsiknya
adalah seorang pemuda yang menghadapi persoalan-persoalan hidup terutama
masalah agamanya .
2.4
Angkatan
1950 – an
Ciri angkatan ini adalah
karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah
tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra
lainnya . Salah satu penulis pada angkatan 1950 adalah Ali Akbar Navis dengan
karyanya Robohnya Surau Kami .
A.
Unsur
Instrinsik Cerpen “Robohnya Surau Kami”
·
Tema : terletak pada persoalan batin kakek Garin
setelah mendengar bualan Ajo Sidi
·
Tokoh :
1. Kakek
Garin sebagai orang yang mudah dipengaruhi dan gampang mempercayai omongan
orang, pendek akal dan pikirannya, serta terlalu mementingkan diri sendiri dan
lemah imannya.
2. Aji
Sidi sebagai si tukang bual yang hebat karena siapa pun yang mendengarnya pasti
terpikat. Selain itu bualannya selalu mengena.
·
Alur
Dalam cerita ini si pengarang
menggunakan alur mundur, hal
ini diperkuat dengan cuplikan yang mengatakan bahwa.
“kalau beberapa tahun yang lalu Tuan
datang ke Kota kelahiranku dengan menggunakan bus. . . . . . . . . . . . .
.Tuan temui sebuah surau tua dan di pelataran kiri surau itu akan Tuan temui
seorang tua yang biasanya duduk disana.”
·
Latar Tempat : Kota , Pasar , dan sebuah
Surau
·
Sudut Pandang : Orang pertama (Aku)
·
Gaya Bahasa yang digunakan bahasa
Indonesia dan memakai sedikit bahasa-bahasa Islam . bermajas alegori / parabol
·
Amanat : Lemahnya Iman seseorang tidak
terlihat dari bagaimana beribadah tetapi dilihat dari tingkat kepercayaannya
terhadap Imannya itu sendiri.
B.
Unsur
Ektrinsik Novel Robohnya Surau Kami
Peristiwa
tentang Agama yang terjadi di Masyarakatnya .
2.5
Angkatan 1966
Zaman Angkatan 1966 lahir
dengan latar belakang hati nurani yang melahirkan Ampera di saat G30 S/PKI
meletus tahun 1965. Pada waktu itu rakyat menuntut keadilan untuk kembali ke
Pancasila yang murni, bersih dari komunisme. Salah satu karya tahun 1966 adalah
Novel Pada Sebuah kapal N.H Dhini .
A.
Unsur
Intrinsik novel “Pada Sebuah Kapal”
1. Tema
Perselingkuhan yang disebabkan oleh ketidakharmonisan dalam rumah tangga dan ketegaran dalam menghadapi semua masalah yang dihadapi dalam hidup.
Perselingkuhan yang disebabkan oleh ketidakharmonisan dalam rumah tangga dan ketegaran dalam menghadapi semua masalah yang dihadapi dalam hidup.
2. Latar atau Setting
a. Semarang
b. Jakarta
c. Kobe, Jepang
d. Kapal
e. Perancis
f. Yokohama
a. Semarang
b. Jakarta
c. Kobe, Jepang
d. Kapal
e. Perancis
f. Yokohama
3. Alur
atau Plot
a. Tahapan Permulaan
a. Tahapan Permulaan
Sri dibesarkan dalam
keluarga yang kental dengan darah seniman. Dia adalah anak bungsu dari lima
bersaudara. Seperti kakak – kakaknya, dia dimasukkan ke sekolah tari oleh
ayahnya. Saat umurnya tiga belas tahun, ayahnya meninggal. Setelah selesai dari
sekolah menengah atas, Sri bekerja sebagai penyiar radio yang ada di kotanya,
Semarang. Tiga tahun menjadi penyiar radio, Sri mulai merasa jenuh. Dia mencoba
mengikuti pendidikan pramugari dan akhirnya mendapat kesempatan untuk diuji di
Jakarta. Sri mengikuti berbagai macam tes. Hasil tes dapat diketahui beberapa
bulan kemudian. Berdasarkan hasil tes yang diterima, Sri mengidap penyakit paru
– paru, sehingga dia tidak diterima menjadi pramugari. Sri melakukan pengobatan
dan istirahat total dari pekerjaannya selama dua bulan. Dia memilih tinggal di
Salatiga untuk menyembuhkan lubang yang terdapat di paru – parunya. Setelah
sembuh, Sri memutuskan pergi ke Jakarta. Dia tinggal di rumah pamannya yang
dulu ditempati Sutopo, kakaknya yang telah lebih dulu ke Jakarta. Sekarang
Sutopo memiliki rumah sendiri di Jakarta.
b. Tahapan Pertikaian
Selain bekerja sebagai
penyiar radio, Sri menjadi penari untuk menari di istana pada perayaan –
perayaan tertentu. Rekan – rekan kerjanya, sebagian tidak menyukai Sri, namun
Sri tetap sopan terhadap mereka dan bersabar menghadapi semuanya. Di Jakarta,
Sri bertemu dengan teman kecilnya waktu sekolah dasar, namanya Narti. Sekarang
Narti bekerja sebagai pramugari. Dia sering menemui Sri untuk sekedar makan
atau nonton film. Dari Narti, Sri mengenal Mokar dan Saputro yang merupakan
pilot angkatan udara. Selain itu, Carl seorang warga negara asing, kawan
Sutopo, dan Charles yang berkebangsaan Perancis yang sangat tertarik dengan
kebudayaan. Setelah beberapa lama tinggal di Jakarta, Ibu Sri meninggal.
c. Tahapan Perumitan
Sri bertemu lagi dengan
Saputro pada Malam Kesenian Pemuda se- Asia. Pada saat itu Sri merasakan ada
yang berbeda dalam dirinya, begitu melihat sikap Saputro yang seperti
mencintanya. Padahal sebelum – sebelumnya mereka sering pergi bersama tapi
bersama Narti dan Mokar. Sejak malam itu, keduanya semakin dekat dan menjalin
kasih. Setelah merasa cukup, mereka memutuskan akan tunangan dan segera menikah
setelah Saputro selesai mengikuti pendidikan di Cekoslovakia. Namun impian yang
telah dirancang itu harus terkubur dalam – dalam, karena Saputro tewas saat
penerbangan Bandung – Jakarta. Hati Sri hancur mendengar kabar buruk itu, Sri
tenggelam dalam kesedihan. Di saat yang sulit – sulit itu, Carl selalu
menghibur Sri, karena dari awal dia juga sudah menyukai Sri. Namun Sri menolak
cinta Carl. Setelah sepuluh bulan kematian tunangannya, Sri memutuskan untuk
menikah dengan Charles. Walaupun sebenarnya, dia idak mencintai Charles.
Keputusan Sri untuk menikah dengan Charles tidak disetujui oleh keluarga,
terutama kakaknya. Sutopo yakin kalau adiknya tidak akan bahagia jika menikah
dengan Charles, karena Sri belum terlalu mengenal Charles dengan baik. Namun
Sri keras kepala, Dia tetap menikah dengan Charles
d. Tahapan Puncak ( klimaks)
Setelah menikah dengan
Charles, kewarganegaraan Sri berubah menjadi Perancis mengikuti suaminya.
Mereka menetap di Kobe-Japang. Pernikahan Sri dengan Charles tidak bahagia,
walaupun Charles selalu bilang mencintainya. Setelah menikah, sikap Charles
berubah. Charles tidak lagi seperti yang dikenal Sri sebelum menikah. Sekarang
Charles suka marah – marah dan membentak Sri. Sikap ini membuat Sri semakin
membenci Charles. Dari Charles, Sri melahirkan anak perempuan. Saat umur
anaknya dua tahun, Charles mengajak istrinya berkunjung ke beberapa Negara.
Setelah satu bulan berada di Indonesia, mereka terbang ke Saigon. Disana
Charles meminta istri dan anaknya untuk melakukan perjalanan dengan kapal,
sedangkan dirinya akan mengunjungi Negara – Negara yang ingin dikunjunginya.di
kapal itulah Sri menemukan kebahagiaan yang selama ini telah hilang.
Dalam perjalanan dari
Saigon menuju Marseille, Sri bertemu dengan seorang komandan kapal bernama
Michel Dubanton. Sikap yang ditunjukkannya membuat Sri jatuh hati pada komandan
tersebut. Dalam beberapa kesempatan, mereka bertemu dan mulai mengenal satu
sama lain. Sri yang tidak bahagia dengan pernikahannya dengan Charles, dan
Michel yang kecewa dengan istrinya Nicole, mencoba mencari kebahagiaan di luar
pernikahannya. Perjalanan dari Saigon menuju Marseille merupakan hal ang sangat
membahagiakan bagi Sri, walaupun dia tahu menghianati suaminya merupakan suatu
kesalahan, tapi dia tidak menyesalinya.
e. Tahapan Peleraian
Setelah perjalanan
berakhir, Sri dan Michel harus berpisah. Sri sangat sedih, dia menangis karena
perpisahan mengingatkan dirinya akan seseorang yang telah meninggalkannya.
Setelah urusan suaminya selesai, mereka kembali ke Kobe. Kehidupan Sri kembali
seperti semula rumah tangganya dilalui dengan pertengkaran – pertengkaran.
Sampai – sampai Sri memutuskan meminta cerai kepada suaminya dengan alasan
sudah tidak mencintainya lagi. Tapi Charles menolak dengan alasan anak. Setelah
beberapa lama tidak bertemu, Michel mengabarkan akan ke Yokohama dan kesempatan
itu tidak disia – siakan oleh mereka.
f. Tahapan Akhir
Sri menyadari bahwa dia
dan Michel terikat oleh pasangan masing – masing. Apalagi Michel adalah seorang
pelaut ang sering jauh darikeluarga, di pasti sering bertemu dengan perempuan –
perempuan dari berbagai negara yang mungkin saja menarik hatinya. Walaupun
Michel harus mengkhianati cintanya, tapi Sri akan selalu mencintai Michel.
2. Sudut Pandang
Orang pertama. Karena dalam cerita, pengarang bertindak sebagai tokoh utama.
Orang pertama. Karena dalam cerita, pengarang bertindak sebagai tokoh utama.
3. Penokohan
a. Sri : penuh semangat, tegar, keras kepala, sabar.
b. Michel : sabar, penyayang.
c. Saputro : sabar, penyayang.
d. Charles : pemarah, pelit, egois.
e. Sutopo : perhatian, suka menasehati.
f. Carl : baik hati, sedikit sombong.
a. Sri : penuh semangat, tegar, keras kepala, sabar.
b. Michel : sabar, penyayang.
c. Saputro : sabar, penyayang.
d. Charles : pemarah, pelit, egois.
e. Sutopo : perhatian, suka menasehati.
f. Carl : baik hati, sedikit sombong.
4.
Gaya
Penulisan
Novel “Pada Sebuah Kapal” tidak jauh
berbeda dengan novel – novel karya NH. Dini yang lainnya. Namun novel ini bukan
merupakan kisah nyata yang dialami NH. Dini, walaupun menggunakan sudut pandang
orang pertama dan seting tempat serta tokoh – tokoh yang diceritakan di dalam
novel ini berkaitan dengan kehidupan NH. Dini. Dalam penulisannya, banyak
terdapat gaya bahasa seperti personifikasi, hiperbola, dan simile.
5.
Amanat
Manusia harus selalu sabar dalam menghdapi semua masalah kehidupan, harus mau menerima nasihat dari orang – orang terdekat, dan harus bertanggung jawab dengan langkah yang telah diambil.
Manusia harus selalu sabar dalam menghdapi semua masalah kehidupan, harus mau menerima nasihat dari orang – orang terdekat, dan harus bertanggung jawab dengan langkah yang telah diambil.
B.
Unsur Ekstrinsik Novel “Pada
Sebuah Kapal”
Unsur Sosial:Pada awal cerita, Sri
mencertiakan tentang masa kecilnya, yang berlanjutdengan ceritanya menikah,
kapal, dan hidupnya sebagai ibu. Di bab 7, Sripun menikahi Charles Vincent. NH
Dini menyimpulkan bahwa Sri tidakmeminta ijin dari keluarganya, yang membuat Ia
terkesan pemberontak,dan cuek terhadap kata-kata yang terlontar dari
keluarganya. Di bab inipun tertulis ”Dan apalagi uang akan kau kerjakan
dengankewarganegaraanmu, kau seorang penari, dan kau penari tanah
airmu.”Kalimat ini dilontarkan oleh Sutopo yang menentang keras pernikahan
Sridan Charles. Kalimat ini menyimpan unsur nasionalisme yang
terselubung.Sutopo mengatakan bahwa dengan kewarganegaraan Sri yaitu Indonesia,
Ia tidak patut untuk menikah dengan seorang
yang berkewarganegaraan asing.
Ø Unsur
Agama :Perbedaan agama antara Sri dengan Michel Dubanton dijelaskan dalamnovel
ini, bahwa Sri beragama Islam dan Michel Dubanton menganutagama Nasrani.
Ø Nilai
Budaya :Budaya yang ada di Indonesia menganggap tabuh bila ada seseorang
yangmelakukan perselingkuhan namun novel ini mengangkat cerita tersebut.
Ø Nilai
Sejarah:Dalam novel ini disebutkan bahwa Sri pergi ke gedung-gedung tua
yangterdapat di Perancis
2.6
Angkatan 1980/2000 – an
Karya
sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980 – 2000 an, ditandai dengan banyaknya roman
percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut . Namun yang tak boleh dilupakan, pada era
1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah
novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya
dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan
yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik
membaca karya-karya yang lebih berat.
A.
Unsur
Intrinsik novel “Laskar Pelangi”
1. Tema
Tema utama dalam novel “Laskar
Pelangi” ini adalah pendidikan. Namun uniknya tema pendidikan ini diselingi
oleh kisah persahabatan yang erat antara anggota ‘Laskar Pelangi’. Tema
pendidikan ini sendiri dipadukan dengan tema ekonomi. Namun tema pendidikan lah
yang lebih menonjol.
2. Plot (alur)
a.
Pengenalan Situasi Cerita
Cerita
diawali dengan dibukanya penerimaan murid baru di SD Muhammadiyah yang ada di
Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur, Sumatera Selatan. Sebuah
daerah yang kaya akan sumber daya alamnya yaitu timah. Belitong merupakan
daerah yang menjadi tempat penambangan timah terbesar dan menghasilkan banyak
sekali keuntungan. Meski pun begitu, kehidupan di sana seperti terpetak-petak
antara yang kaya dan yang miskin.
Pagi
itu, satu demi satu calon siswa yang didampingi oleh orang tuanya
berdatangan mendaftarkan diri di sekolah yang hampir roboh dan mungkin sudah
tidak layak untuk dipakai sebagai tempat belajar-mengajar.
b.
Menuju Adanya Konflik
Dalam
novel “Laskar Pelangi” ini, banyak sekali bermunculan masalah-masalah atau
konflik-konflik. Namun konflik awal yang pertama muncul adalah saat suasana
mulai tegang karena ternyata pendaftar tidak mencukupi batas minimal siswa yang
disyaratkan oleh Depdikbud Sumsel. Apabila calon siswa yang mendaftar kurang
dari sepuluh anak, maka SD Muhammadiyah harus ditutup.
c.
Puncak Konflik
Puncak
konfliknya ialah setelah ditunggu hingga siang, ternyata jumlah pendaftar tidak
lebih dari sembilan orang. Jumlah ini tentu saja belum mencukupi persyaratan
Depdikbud. Hal ini tentu saja sangat mencemaskan Pak Harfan sang kepala sekolah
dan Bu Muslimah sang guru. Sampai pada akhirnya Pak Harfan memutuskan untuk
memberikan pidato sekaligus mengumumkan bahwa penerimaan siswa baru dibatalkan.
Selanjutnya konflik-konflik lain bermunculan dari masing-masing tokoh. Namun
konflik selanjutnya yang secara garis besar melibatkan hampir semua tokoh ialah
saat akan diadakannya lomba karnaval dan cerdas cermat antar sekolah.
d.
Penyelesaian
Sesaat
hampir saja Pak Harfan memulai pidatonya untuk memberitahuakan bahwa penerimaan
siswa baru di SD Muhammadiyah dibatalkan, seorang ibu muncul untuk
mendaftarkan anaknya (Harun) yang mengidap keterbelakangan mental. Tentu saja
kedatangan Harun dan ibunya ini memberikan napas lega kepada Pak Harfan, Bu
Muslimah dan juga para calon siswa serta orang tuanya. Harun telah menggenapi
jumlah siswa untuk menghindarkan SD Muhammadiyah dari penutupan.
Sekolah
yang jika malam dipakai sebagai kandang ternak ini akhirnya memulai kegiatan
belajar-mengajar meski dengan fasilitas yang seadanya. Tiba saatnya mengikuti
karnaval antar sekolah. Keikutsertaan SD Muhammadiyah sempat diperdebatkan
karena ketidakadaan dana dan sikap pesimistis yang muncul. Namun, Bu Muslimah
bersikeras mengikutkan murid-muridnya. Karena nilai keseniannya paling tinggi
dan dianggap sebagai murid yang kreatif, Mahar pun ditunjuk sebagai ketua untuk
mengurusi persiapan karnaval. Dengan ide cemerlang dan kreativitasnya, Mahar
berhasil menggiring teman-temannya merebut piala kemenangan.
SD
Muhammadiyah kembali mengikuti perlombaan. Kali ini adalah perlombaan cerdas
cermat. Bu Muslimah, Ikal dan kawan-kawan sempat khawatir karena tak lama
perlombaan akan dimulai namun ujung tombak tim mereka belum juga datang.
Untungnya meski hampir terlambat, akhirnya si cerdas itu pun datang (Lintang).
Awalnya tim dari SD Muhammadiyah tertinggal angka melawan SD PN dan SD Negeri.
Namun pada saat memasuki soal yang berbau angka SD Muhammadiyah mengejar
ketertinggalan dan berhasil keluar sebagai juara.
3. Latar
Cerita
a.
Latar Tempat
Latar
tempat yang digunakan dalam novel ini adalah di sebuah sekolah bernama SD
Muhammadiyah yang terletak di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur,
Sumatera Selatan. Namun, ada pula yang latarnya adalah di rumah, pohon, gua,
tepi pantai, pasar dan lain-lain tapi masih di kawasan Belitong.
b.
Latar Waktu
Dikarenakan novel “Laskar Pelangi” ini merupakan novel yang
menceritakan kisah nyata meski ada bumbu imajinasi, maka latar waktu yang
disampaikan pun jelas yaitu terjadi pada tahun 1974.
c.
Latar Suasana
Latar
suasana yang ada dalam novel ini beragam dikarenakan konflik-konfik yang muncul
juga beragam. Ada kalanya senang, sedih, hingga cemas. Berikut beberapa
penggalan kisah yang menjelaskan suasana dalam novel :
Suasana Sedih
Salah
satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana sedih ialah saat Ikal,
teman-temannya dan Bu Muslimah berpisah dari Lintang yang memutuskan berhenti
sekolah karena harus mengurusi keluarga yang ditinggal mati ayahnya.
Suasana Senang
Salah
satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana senang ialah saat tim cerdas
cermat SD Muhammadiyah berhasil memenangkan pertandingan.
Suasana Cemas
Salah
satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana cemas ialah saat Pak Harfan,
Bu Muslimah dan calon murid SD Muhammadiyah beserta orang tuanya menunggu untuk
menggenapkan calon siswa yang mendaftar agar sekolah tidak ditutup.
4. Penokohan
Tokoh-tokoh yang berperan dalam
novel ‘Laskar Pelangi’ antara lain :
a)
Ikal
Ikal
atau yang di dalam novel ini berperan sebagai ‘aku’ merupakan tokoh utama. Ikal
adalah salah seorang anggota ‘Laskar Pelangi’. Di sekolah ia termasuk murid
yang lumayan pandai, namun kepandaiannya masih di bawah dari temannya yaitu
Lintang. Ia selalu berada di peringkat kedua di sekolah setelah Lintang. Ikal
termasuk orang yang tidak mudah putus asa, selalu bersemangat melakukan hal
yang ia sukai dan tegar. Ikal begitu menyukai dunia sastra terutama puisi.
Dalam novel ini, Ikal diceritakan menyukai seorang gadis keturunan Tionghoa
bernama A Ling. Ia sering sekali mengirimkan puisi tentang luapan perasaannya
kepada A Ling.
b)
Taprani
Taprani
merupakan sosok yang tampan, rapi, perfeksionis, lumayan pintar, bicara
seperlunya (pendiam), santun, sangat berbakti kepada orang tua dan manja. Ia
bercita-cita menjadi guru di daerah terpencil untuk memajukan pendidikan orang
melayu pedalaman. Taprani selalu diperhatikan ibunya. Apa pun yang akan
dilakukannya harus selalu diketahui ibunya. Ia sangat tergantung pada ibunya.
c)
Sahara
Sahara
merupakan satu-satunya murid perempuan yang bersekolah di SD Muhammadiyah.
Tubuhnya ramping dan selalu berjilbab rapi. Di sekolah ia termasuk murid yang
pintar. Meski pun ia adalah sosok yang perhatian, namun ia termasuk tipe orang
yang temperamental, ketus, skeptis, susah diyakinkan dan tidak mudah terkesan.
Sahara Sangat menjujung tinggi nilai kejujuran. Ia paling tidak suka berbohong.
Dalam novel ini dicritakan bahwa ia bertengkar dengan A Kiong yang tidak pernah
sependapat atau satu pemikiran dengannya.
d)
A Kiong
A
Kiong adalah satu-satunya murid keturunan Tionghoa yang bersekolah di SD
Muhammadiyah. Sifatnya begitu polos dan selalu mempercayai apa yang dikatakan
Mahar. Ia selalu menjadi pendukung sekaligus pengikut setia Mahar. A Kiong
memiliki rasa persahabatan yang tinggi dan suka menolong. Ia sering kali
bertengkar dengan Sahara.
e)
Harun
Harun
yang sudah mulai memasuki jenjang pendidikan Sekolah Dasar pada usia lima belas
tahun ini mengidap keterbelakangan mental. Sifatnya santun, pendiam, dan murah
senyum. Laki-laki yang memiliki model rambut seperti Chairil Anwar ini hobi
sekali mengunyah permen asam jawa. Ia pun selalu berpakaian rapi. Di kelas, ia
sama sekali tidak bisa menangkap pelajaran membaca atau pun menulis. Ia pun
sering kali bercerita tentang kucing belang tiganya yang melahirkan tiga anak
yang juga bebelang tiga secara berulang-ulang.
f)
Borek
Borek
memilki tubuh yang tinggi tinggi dan besar. Ia sangat terobsesi dengan body building dan tergila-gila dengan
citra cowok macho.
g)
Syahdan
Karakter
Syahdan tidak begitu menonjol dalam novel ini. Ia adalah salah satu anggota
‘Laskar Pelangi’ yang selalu setia menemani Ikal membeli kapur tulis di took
Sinar Harapan milik orang tua A Ling. Syahdan merupakan saksi cinta pertama
Ikal kepada A Ling. Ia memiliki cita-cita sebagai aktor.
h)
Kucai
Kucai
adalah salah satu anggota ‘Laskar Pelangi’ yang diamanahi sebagai ketua kelas.
Ia sempat frustrasi ketika menjadi ketua kelas karena kesulitan dalam mengatur
teman-temannya. Meski begitu, laki-laki yang menderita rabun jauh ini selalu
terpilih menjadi ketua kelas dan pada akhirnya ia menerima keputusan itu. Anak
yang banyak bicara dan susah diatur ini berbakat menjadi seorang politikus.
i)
Lintang
Lintang
merupakan anak yang paling jenius dan gigih di antara teman-temannya. Meski pun
jarak rumahnya dari sekolah sangat jauh (80 km), ia tetap semangat untuk pergi
ke sekolah dan menjadi anak yang paling pagi datang. Setiap berangkat sekolah,
ia harus melalui jalan yang merupakan tempat buaya tinggal. Ayahnya adalah
seorang nelayan miskin yang bertanggung jawab menafkahi empat belas nyawa yang
tinggal di rumahnya. Di sekolah, Lintang begitu serius belajar dan aktif.
Otaknya yang jenius dan cermat membawa tim SD Muhammadiyah menjadi pemenang
dalam lomba cerdas cermat. Lintang sangat suka membaca dan mempelajari berbagai
ilmu penngetahuan. Lintang pun tak segan membagi ilmunya kepada teman-temannya.
Idenya sangat kreatif. Lucunya, kelihaiannya dalam berpikir tidak dibarengi
dengan tulisan tangan yang indah.
j)
Mahar
Mahar
memiliki bakat dalam bidang seni, baik itu menyanyi, melukis, seni rupa dan
lain sebagainya. Pemikirannya imajinatif dan kreatif. Anak tampan ini termasuk
orang yang menggemari dongeng-dongeng yang tak masuk akal (mungkin karena ia
terlalu imajinatif). Mahar sering kali diejek dan ditertawakan teman-temannya
karena pemikirannya dianggap aneh.
k)
Bu Muslimah
Wanita
bernama lengkap N.A. Muslimah Hafsari ini adalah guru di SD Muhammadiyah. Ia
sangat gigih dalam mengajar meski pun gajinya belum dibayar. Ia sangat
berdedikasi terhadap dunia pendidikan dan dengan segenap jiwa mengajar murid-murid
di SD Muhammadiyah. Wanita cantik yang menyukai bunga ini memiliki pendirian
yang progresif dan terbuka terhadap ide-ide baru. Ia termasuk orang yang sabar
dan baik hati.
l)
Pak Harfan
Pria
bernama lengkap K.A Harfan Efendy Noor ini menjabat sebagai kepala SD
Muhammadiyah. Bersama Bu Muslimah, ia tetap mempertahankan sekolah yang hamper
ditutup karena kekurangan siswa. Pak Harfan juga memiliki dedikasi tinggi
terhadap pendidikan.
m)
A Ling
Gadis
keturunan Tiongoa ini merupakan cinta pertama Ikal. Ia memiliki tubuh yang
ramping dan tinggi. Anak dari pemilik toko Sinar Harapan ini ternyata juga
menyukai Ikal. Namun sayangnya ia pindah ke Jakarta.
n)
Flo
Ia
merupakan murid pindahan dari sekolah PN. Gadis tomboi yang berasal dari keluarga
kaya ini merupakan tokoh terakhir yang muncul sebagai anggota ‘Laskar Pelangi’.
5. Sudut
Pandang
Sudut
pandang yang digunakan dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama
pelaku utama karena dalam penceritaan novel penulis menggunakan kata ‘aku’.
Tokoh ‘aku’ dalam novel ini diceritakan paling dominan sehingga si tokoh ‘aku’
dapat dikatakan sebagai tokoh atau pelaku utama.
6. Amanat
Banyak sekali amanat yang terkandung
dalam novel “Laskar Pelangi” ini. Diantaranya adalah :
Jangan mudah menyerah oleh keadaan (jangan putus asa)
Keadaan
boleh saja serba kekurangan, namun kekurangan janganlah menjadi alasan untuk
tidak berusaha. Justru jadikanlah kekurangan itu sebagai motivasi untuk bisa
menutupinya. Dalam novel ini diceritakan tentang kehidupan pendidikan yang
keadaannya serba minim. Namun, tokoh-tokoh di dalamnya tidak menyerah dengan
keadaan seperti itu. Mereka tetap bersemangat mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Kemiskinan bukan alasan untuk tidak belajar.
Jauhi sifat pesimis
Saat
menengadahkan perasaan kepada orang-orang yang ada di atas kita, bukan berarti
kita harus merasa kecil dan lemah di hadapan mereka. Kita ada di bawah, bukan
berarti kita tidak bisa seperti orang yang ada di atas. Menengadahkan perasaan
ke atas mestinya dijadikan cambuk semangat untuk bisa seperti orang itu atau
bahkan bisa lebih baik lagi. Contonya pada novel ini yang menceritakan sebuah
sekolah kampung (SD Muhammadiyah) biasa yang selalu optimis untuk bisa lebih
baik dari sekolah yang dari awal memang sudah baik (SD PN).
Sebagai
guru haruslah dengan ikhlas mengajar dan berdedikasi tinggi terhadap
pendidikan.
Dalam
novel ini diceritakan seorang guru yang begitu tinggi dedikasinya terhadap
pendidikan. Guru diibaratkan kompas yang menunjukkan kemana
murid-muridnya akan pergi. Bu Muslimah merupakan sosok yang menjadi guru
teladan yang dengan segenap kemampuannya berjuang untuk memajukan pendidikan di
sebuah kampug kecil.
B.
Unsur Ekstrinsik
Selain unsur intrinsik, dalam novel “Laskar Pelangi” ini amat kental dengan
pengaruh unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik yang ada dalam novel tidak lepas
dari latar belakang kehidupan pengarang entah itu dari segi budaya yang
dipegang, kepercayaan, lingkungan tempat tinggal dan lain sebagainya. Ada pun
beberapa unsur ekstrinsik yang dibahas antara lain :
1.
Latar Belakang Tempat Tinggal
Lingkungan tempat tinggal pengarang
mempengaruhi psikologi penulisan novel. Apalagi novel “Laskar Pelangi”
merupakan adaptasi dari cerita nyata yang dialami oleh pengarang langsung.
Letak tempat tinggal pengarang yang jauh berada di Desa Gantung, Kabupaten
Gantung, Belitong Timur, Sumatera Selatan ternyata benar-benar dijadikannya
latar tempat bagi penulisan novelnya.
2.
Latar Belakang Sosial dan Budaya
Pada novel ini banyak sekali
unsur-unsur sosial dan budaya masyarakat yang bertempat tinggal di Belitong.
Adanya perbedaan status antara komunitas buruh tambang dan komunitas pengusaha
yang dibatasi oleh tembok tinggi merupakan latar belakang sosial. Dimana
interaksi antara kedua komunitas ini memang ada dan saling ketergantungan.
Komunitas buruh tambang memerlukan uang untuk melanjutkan kehidupan, sedang
komunitas pengusaha memerlukan tenaga para buruh tambang untuk menjalankan
usaha mereka.
3.
Latar Belakang Religi (agama)
Latar belakang religi atau agama si
pengarang sangat terlihat seperti pantulan cermin dalam novel “Laskar Pelangi”
ini. Nuansa keislamannya begitu kental. Dalam beberapa penggalan cerita,
pengarang sering kali menyelipkan pelajaran-pelajaran mengenai keislaman.
4.
Latar Belakang Ekonomi
Sebagian masyarakat Belitong
mengabdikan dirinya pada perusahaan-perusahaan timah. Digambarkan dalam novel
bahwa Belitong adalah pulau yang kaya akan sumber daya alam. Namun tidak semua
masyarakat Belitong bisa menikmati hasil bumi itu. PN memonopoli hasil
produksi, sementara masyarakat termarginalkan di tanah mereka sendiri. Latar
belakang ekonomi dalam novel ini diambil dari kacamata masyarakat belitong
kebanyakan yang tingkat ekonominya masih rendah. Padahal sumber daya alamnya
tinggi.
5.
Latar Belakang Pendidikan
Dalam novel ini terkandung banyak
sekali nilai-nilai edukasi yang disampaikan pengarang. Pengarang tidak hanya
bercerita, tapi juga menyajikan berbagai ilmu pengetahuan yang diselipkan di
antara ceritanya. Begitu banyak cabang ilmu pengetahuan yang diselipkan
antara lain seperti sains (fisika, kimia, biologi, astronomi). Pengarang gemar
sekali memasukkan istilah-istilah asing ilmu pengetahuan yang tertuang dalam
cerita. Ini menandakan bahwa pengarangnya memiliki tingkat pendidikan yang
tinggi.
BAB III
KESIMPULAN
3.1
Angkatan Balai Pustaka
Ø Unsur Intrinsik
1. Tema
: kisah cinta
2. Tokoh
/ Watak :
Karakter dan sifat Tokoh-tokoh pada
Novel Angkatan Balai Pustaka:
Ø baik, rela berkorban demi ayahnya. Pasrah
pada nasib, kurang bijak, rela mengorbankan anaknya demi membayar hutang. culas,
moralnya bobrok, serakah, jahat, biang masalah.
3. Latar
tempat Di kota Padang dan di Stovia, Jakarta
4. Latar
waktu : masih terjadi banyak huru hara juga saat dimana moral masih bobrok.
5. Alur
yang digunakan adalah alur maju
6. Gaya
bahasa : Bahasa Melayu
Ø Unsur Ekstrinsik
1.
Keadaan
subjektivitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup.
2.
Psikologi
pengarang (yang mencakup proses kreatifnya).
3.
Keadaan
di lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial.
4.
Pandangan
hidup suatu bangsa dan berbagai karya seni yang lainnya.
3.2
Angkatan Pujangga Baru
Ø
Unsur Intrinsik
1. Tema
: Perjuangan
2. Latar
tempat Gedung Akuarium di Pasar Ikan, Rumah Wiriaatmaja, Mertapura di
Kalimantan Selatan,Rumah Sakit di Pacet, Rumah Partadiharja,Gedung
Permufakatan.
3. Latar
waktu : pagi , siang , petang dan malam hari
4. Alur
yang digunakan adalah alur maju
5. Sudut
pandang Orang ketiga yang ditandai dengan menggunakan nama dalam menyebutkan
tokoh-tokohnya.
6. Gaya
bahasa : Bahasa Melayu – Indonesia
Ø Unsur Ekstrinsik Novel
Layar Terkembang adalah :
Kemampuan pengarang untuk menaikkan derajat
wanita dalam novel ini . dalam novel ini perjuangan wanita tidak lagi dianggap
sebelah mata tetapi dapat dilihat dari kekuatan perasaan wanita dalam
menghadapi problema kisahnya.
3.3
Angkatan 1945
Ø
Unsur Intrinsik
1.
Tema
: Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Perjuangan
2.
Latar
Tempat : Jakarta, Bandung
3.
Sudut
Pandang : Menggunakan sudut pandang orang pertama
4.
Gaya
Penulisan : Masih tercampur oleh bahasa asing ( jepang-belanda)
Ø Unsur
Eksrtrinsiknya
seorang pemuda yang menghadapi
persoalan-persoalan hidup terutama masalah agamanya .
3.4
Angkatan 1950
Ø Unsur Intrinsik
1.
Tema : Persoalan Agama
2.
Latar Tempat : Kota , Pasar , dan sebuah Surau
3.
Sudut Pandang : Orang pertama
4.
Gaya Bahasa yang digunakan bahasa Indonesia dan memakai
sedikit bahasa-bahasa Islam . bermajas alegori / parabol
5.
Amanat : Lemahnya Iman seseorang tidak terlihat dari
bagaimana beribadah tetapi dilihat dari tingkat kepercayaannya terhadap Imannya
itu sendiri.
Ø Unsur Ektrinsik
Peristiwa
tentang Agama yang terjadi di Masyarakatnya .
3.5
Angkatan 1966
Ø Unsur Intrinsik
1. Tema
: Protes terhadap PKI
2. Latar
atau Setting
a.
Semarang
b. Jakarta
c. Kobe,
Jepang
d. Kapal
e. Perancis
f. Yokohama
3.
Sudut Pandang
Orang pertama. Karena dalam cerita, pengarang bertindak sebagai tokoh utama.
Orang pertama. Karena dalam cerita, pengarang bertindak sebagai tokoh utama.
4. Penokohan
penuh semangat, tegar, keras kepala, sabar, penyayang.
penuh semangat, tegar, keras kepala, sabar, penyayang.
5. Gaya
Bahasa : Bahasa Melayu Modern
6. Amanat
Manusia harus selalu sabar dalam menghdapi semua masalah kehidupan, harus mau menerima nasihat dari orang – orang terdekat, dan harus bertanggung jawab dengan langkah yang telah diambil.
Manusia harus selalu sabar dalam menghdapi semua masalah kehidupan, harus mau menerima nasihat dari orang – orang terdekat, dan harus bertanggung jawab dengan langkah yang telah diambil.
3.6
Angkatan 1980 – 2000 – an
Ø Unsur Intrinsik
1.
Tema
: Percintaan
2.
Plot
(alur) : Alur Maju
3.
Sudut
Pandang : Orang ketiga
Pengarang hanya menceritakan dari
kisah nyata
4.
Gaya
Bahasa : Bahasa Indonesia dan menggunakan majas
Ø Unsur ekstrinsik
Pengarang
cenderung keluar dari konversi sastra.
Tingkat
pendidikan yang tinggi.
BAB IV
SIPNOPSIS
4.1 Angkatan Balai Pustaka
Ø
Novel Siti Nurbaya
Ibunya meninggal saat Siti Nurbaya masih kanak-kanak, maka
bisa dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga
dewasa dan mengerti cinta ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang
sangat disayanginya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang terkemuka di kota
Padang. Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir
bernama Datuk Maringgih
Pada mulanya usaha perdagangan Baginda Sulaiman mendapat
kemajuan pesat. Hal itu tidak dikehendaki oleh rentenir seperti Datuk
Maringgih. Maka untuk melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgih menyuruh kaki
tangannya membakar semua kios milik Baginda Sulaiman. Maka dengan seluruh orang
suruhanya, yaitu pendekar lima, pendekar empat serta pendekar tiga, serta yang
lainnya Datuk Maringgih memerintahkan untuk membakar toko Baginda Sulaiman.
Dengan demikian hancurlah usaha Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak
sanggup membayar hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah kesempatan
yang dinanti-nantikan oleh Datuk Maringgih. Datuk Maringgih mendesak Baginda
Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutangnya. Boleh hutang
tersebut dapat dianggap lunas, asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti
Nurbaya, puterinya, kepada Datuk Maringgih.
Menghadapi kenyataan seperti itu Baginda Sulaiman yang memang
sudah tak sanggup lagi membayar hutang-hutangnya tidak menemukan pilihan lain
selain yang ditawarkan oleh Datuk Maringgih. Yaitu menyarahkan puterinya Siti
Nurbaya kepada Datuk Maringgih untuk dijadikan istri.
Siti Nurbaya menangis menghadapi kenyataan bahwa dirinya yang
cantik dan muda belia harus menikah dengan Datuk Maringgih yang tua bangka dan
berkulit kasar seprti kulit katak. Lebih sedih lagi ketika ia teringat
Samsulbahri, kekasihnya yang sedang sekolah di stovia, Jakarta. Sungguh berat
memang, namun demi keselamatan dan kebahagiaan ayahandanya ia mau mengorbankan
kehormatan dirinya dengan Datuk Maringgih.
Samsulbahri yang berada di Jakata mengetahui peristiwa yang
terjadi di desanya, terlebih karena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang
menceritakan tentang nasib yang dialami keluarganya. Dia sangat terpukul oleh
kenyataan itu. Cintanya yang menggebu-gebu padanya kandas sudah. Dan begitupun
dengan Siti Nurbaya sendiri, hatinya pun begitu hancur pula, kasihnya yang
begitu dalam pada Samsulbahri kandas sudah akibat petaka yang menimpa
keluarganya.
Pada suatu hari ketika Samsulbahri sedang liburan kembali ke
Padang, ia dapat bertemu empat mata dengan Siti Nurbaya yang telah resmi
menjadi istri Datuk Maringgih. Pertemuan itu diketahui oleh Datuk Maringgih
sehingga terjadi keributan. Datuk Maringgih sangat marah melihat mereka berdua
yang sedang duduk bersenda gurau itu, sehingga Datuk maringgih berusaha
menganiaya Siti Nurbaya. Samsulbahri tidak mau membiarkan kekasihnya dianiaya,
maka Datuk Maringgih dia pukul hingga terjerembab jatuh ketanah. Karena saking
kaget dan takut, Siti Nurbaya berteriak-teriak keras hingga teriakan Siti
Nurbaya terdengar oleh ayahnya yang tengah terbaring karena sakit keras karena
derita beruntun yang menimpanya. Mendengar teriakan anak yang sangat
dicinatianya itu baginda Sulaiman berusaha bangkit, tetapi akhirnya jatuh
tersungkur dan menghembuskan nafas terakhir.
Mendengar itu, ayah Samsulbahri yaitu Sultan Mahmud yang
kebetulan menjadi penghulu kota Padang, malu atas perbuatan anaknya. Sehingga
Samsulbahri diusir dan harus kembali ke Jakarta dan ia benrjanji untuk tidak
kembali lagi kepada keluargannya di Padang. Datuk Maringgih juga tidak tinggal
diam, oleh karena itu Siti Nurbaya diusirnya, karena dianggap telah mencoreng
nama baik keluarganya dan adat istiadat. Siti Nurbaya kembali ke kampunyanya dan
tinggal bersama bibinya. Sementara itu Samsulbahri yang ada di Jakarta hatinya
hancur dan penuh dendam kepada Datuk Maringgih yang telah merebut kekasihnya.
Siti Nurbaya yang mendengar bahwa kekasihnya diusir orang
tuanya, timbul niatnya untuk pergi menyusul Samsulbahri ke Jakarta. naumun di
tengah perjalanan dia hampir meninggal dunia, ia terjatuh kelaut karena ada
seseorang yang mendorongnya. Tetapi Siti Nurbaya diselamatkan oleh seseorang
yang telah memegang bajunya hingga dia tidak jadi jatuh ke laut.
Tetapi, walaupun dia selamat dari marabahaya tersebut, tetapi marabahaya berikutnya
Tetapi, walaupun dia selamat dari marabahaya tersebut, tetapi marabahaya berikutnya
menunggunya di daratan. Setibanya di Jakarta,Karena dengan
siasat dan fitnah dari Datuk Mariggih Siti Nurbaya ditangkap polisi, karena
surat telegram Datuk Maringgih yang memfitnah Siti Nurbaya, bahwa dia ke
Jakarta telah membawa lari emasnya atau hartanya. Sehingga memaksa Siti Nurbaya
kembali dengan perantaraan polisi.
Tak lama kemudian Siti Nurbaya meninggal dunia karena memakan
lemang beracun yang sengaja diberikan oleh kaki tangan Datuk Maringgih.
Kematian Siti Nurbaya itu terdengar oleh Samsulbahri sehingga ia menjadi putus
asa dan mencoba melakukan bunuh diri. Akan tetapi mujurlah karena ia tak
meninggal. Sejak saat itu Samsulbahri tidak meneruskan sekolahnya dan memasuki
dinas militer.
Sepuluh tahun kemudian, dikisahkan dikota Padang sering
terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan
orang-orangnya. Samsulbahri yang telah berpangkat Letnan dikirim untuk
melakukan pengamanan. Samsulbahri yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas
segera menyerbu kota Padang. Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu
keributan tanpa berpikir panjang lagi Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih
jatuh tersungkur, namun sebelum tewas ia sempat membacok kepala Samsulbahri
dengan parangnya.
Samsulbahri alias Letnan Mas segera dilarikan ke rumah sakit.
Sewaktu di rumah sakit, sebelum dia meninggal dunia, dia minta agar
dipertemukan dengan ayahnya untuk minta maaf atas segala kesalahannya. Ayah
Samsulbahri juga sangat menyesal telah mengata-ngatai dia tempo dulu, yaitu
ketika kejadian Samsulbahri memukul Datuk Maringgih dan mengacau keluarga
orang, yang sangat melanggar adat istiadat dan memalukan itu. Setelah berhasil
betemu dengan ayahnya, Samsulbahripun meninggal dunia. Namun, sebelum meninggal
dia minta kepada orangtuanya agar nanti di kuburkan di Gunung Padang dekat
kekasihnya Siti Nurbaya. Perminataan itu dikabulkan oleh ayahnya, dia
dikuburkan di Gunung Padang dekat dengan kuburan kekasihnya Siti Nurbaya. Dan
di situlah kedua kekasih ini bertemu terakhir dan bersama untuk selama-lamanya.
4.2
Angkatan Pujangga baru
Ø
Novel Layar Terkembang
Tuti adalah
putri sulung Raden Wiriatmadja. Dia dikenal sebagai seorang gadis yang pendiam
teguh dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi wanita. Watak Tuti yang
selalu serius dan cenderung pendiam sangat berbeda dengan adiknya Maria. Ia
seorang gadis yang lincah dan periang.
Suatu hari,
keduanya pergi ke pasar ikan. Ketika sedang asyik melihat-lihat akuarium,
mereka bertemu dengan seorang pemuda. Pertemuan itu berlanjut dengan
perkenalan. Pemuda itu bernama Yusuf, seorang Mahasiswa Sekolah Tinggi
Kedokteran di Jakarta. Ayahnya adalah Demang Munaf, tinggap di Martapura,
Sumatra Selatan.
Perkenalan
yang tiba-tiba itu menjadi semakin akrab dengan diantarnya Tuti dan Maria
pulang. Bagi yusuf, perteman itu ternyata berkesan cukup mendalam. Ia selal
teringat kepada kedua gadis itu, dan terutama Maria. Kepada gadis lincah inilah
perhatian Yusuf lebih banyak tertumpah. Menurutnya wajah Maria yang cerah dan
berseri-seri serta bibirnya yang selalu tersenyum itu, memancarkan semangat
hidup yang dinamis.
Esok harinya,
ketika Yusuf pergi ke sekolah, tanpa disangka-sangka ia bertemu lagi dengan
Tuti dan Maria di depan Hotel Des Indes. Yusuf pun kemudian dengan senang hati
menemani keduanya berjalan-jalan. Cukup hangat mereka bercakap-cakap mengenai
berbagai hal.
Sejak itu,
pertemuan antara Yusuf dan Maria berlangsung lebih kerap. Sementara itu Tuti
dan ayahnya melihat hubungan kedua remaja itu tampak sudah bukan lagi hubungan
persahabatan biasa.
Tuti sendiri
terus disibuki oleh berbagai kegiatannya. Dalam kongres Putri Sedar yang
berlangsung di Jakarta, ia sempat berpidato yang isinya membicarakan emansipasi
wanita. Suatu petunjuk yang memperlihatkan cita-cita Tuti untuk memajukan
kaumnya.
Pada masa
liburan, Yusuf pulang ke rumah orang tuanya di Martapura. Sesungguhnya ia
bermaksud menghabiskan masa liburannya bersama keindahan tanah leluhurnya,
namun ternyata ia tak dapat menghilangkan rasa rindunya kepada Maria. Dalam
keadaan demikian, datang pula kartu pos dari Maria yang justru membuatnya makin
diserbu rindu. Berikutnya, surat Maria datang lagi. Kali ini mengabarkan
perihal perjalannya bersama Rukamah, saudara sepupunya yang tinggal di Bandung.
Setelah membaca surat itu, Yusuf memutuskan untuk kembali ke Jakarta, kemudian
menyusul sang kekasih ke Bandung. Setelah mendapat restu ibunya, pemuda itu pun
segera meninggalkan Martapura.
Kedatangan
Yusuf tentu saja disambut hangat oleh Maria dan Tuti. Kedua sejoli itu pun
melepas rindu masing-masing dengan berjalan-jalan di sekitar air terjun di
Dago. Dalam kesempatan itulah, Yusuf menyatakan cintanya kepada Maria.
Sementara
hari-hari Maria penuh dengan kehangatan bersama Yusuf, Tuti sendiri lebih
banyak menghabiskan waktunya dengan membaca buku. Sesungguhpun demikian pikiran
Tuti tidak urung diganggu oleh keinginannya untuk merasakan kemesraan cinta.
Ingat pula ia pada teman sejawatnya, Supomo. Lelaki itu pernah mengirimkan surat
cintanya kepada Tuti.
Ketika Maria
mendadak terkena demam malaria, Tuti menjaganya dengan sabar. Saat itulah tiba
adik Supomo yang ternyata disuruh Supomo untuk meminta jawaban Tuti perihal
keinginandsnya untuk menjalin cinta dengannya. Sesungguhpun gadis itu
sebenarnya sedang merindukan cinta kasih seorang, Supomo dipandangnya sebagai
bukan lelaki idamannya. Maka segera ia menulis surat penolakannya.
Sementara itu,
keadaan Maria makin bertambah parah. Kemudian diputuskan untuk merawatnya di
rumah sakit. Ternyata menurut keterangan dokter, Maria mengidap penyakit TBC.
Dokter yang merawatnya menyarankan agar Maria dibawa ke rumah sakit TBC di
Pacet, Sindanglaya Jawa Barat.
Perawatan
terhadap Maria sudah berjalan sebulan lebih lamanya. Namun keadaannya tidak
juga mengalami perubahan. Lebih daripada itu, Maria mulai merasakan kondisi
kesehatan yang makin lemah. Tampaknya ia sudah pasrah menerima kenyataan.
Pada suatu
kesempatan, disaat Tuti dan Yusuf berlibur di rumah Ratna dan Saleh di
Sindanglaya, disitulah mata Tuti mulai terbuka dalam memandang kehidupan di
pedesaan. Kehidupan suami istri yang melewati hari-harinya dengan bercocok
tanam itu, ternyata juga mampu membimbing masyarakat sekitarnya menjadi sadar
akan pentingnya pendidikan. Keadaan tersebut benar-benar telah menggugah alam
pikiran Tuti. Ia menyadari bahwa kehidupan mulia, mengabdi kepada masyarakat
tidak hanya dapat dilakukan di kota atau dalam kegiatan-kegiatan organisasi,
sebagaimana yang selama ini ia lakukan, tetapi juga di desa atau di masyarakat
mana pun, pengabdian itu dapat dilakukan.
Sejalan dengan
keadaan hubungan Yusuf dan Tuti yang belakangan ini tampak makin akrab, kondisi
kesehatan Maria sendiri justru kian mengkhawatirkan. Dokter yang merawatnya pun
rupanya sudah tak dapat berbuat lebih banyak lagi. Kemudian setelah Maria
sempat berpesan kepada Tuti dan Yusuf agar keduanya tetap bersatu dan menjalin
hubungan rumah tangga, Maria mengjhembuskan napasnya yang terakhir. “Alangkah
bahagianya saya di akhirat nanti, kalau saya tahu, bahwa kakandaku berdua hidup
rukun dan berkasih-kasihan seperti kelihatan kepada saya dalam beberapa hari
ini. Inilah permintaan saya yang penghabisan dan saya, saya tidak rela
selama-lamanya kalau kakandaku masing-masing mencari peruntungan pada orang
lain”. Demikianlah pesan terakhir almarhum Maria. Lalu sesuai dengan pesan
tersebut Yusuf dan Tuti akhirnya tidak dapat berbuat lain, kecuali
melangsungkan perkawinan karena cinta keduanya memang sudah tumbuh bersemi.
4.3
Angkatan 1945
Ø
Novel Atheis
alam novel ‘Atheis’ karya Achdiat K. Miharja menceritakan
tentang perjalanan hidup seseorang bernama Hasan yang lahir dari sebuah
keluarga yang sangat taat kepada agamanya yaitu Islam.Hasan adalah anak tunggal
dari pensiunan manteri guru yang tinggal di lereng gunung Telaga Bodas
ditengah-tengah pegunungan priangan yang indah bernama kampung panyeredan di
wilayah Bandung yang pada waktu itu masih dalam keadaan dijajah pemerintahan
Jepang.Sejak kecil Hasan dididik dengan cara Islam,Ayahnya Raden Wiradikarta
menginginkan Hasan menjadi anak yang baik,sopan,berilmu dan berakhlak
sholeh.Oleh karena itu,walaupun Hasan masih kecil tapi,dia sudah menunjukkan
pribadi Islam yang taat.Hasan selalu patuh kepada semua peraturan kedua orang
tuanya.
Kedua orang tua Hasan semakin bangga melihat Hasan tumbuh
dewasa dengan kadar keimanan yang cukup tinggi, kebahagiaan dan kebanggaannya
bertambah ketika Hasan berniat untuk pergi memperdalam ilmu tarekat pada kiayi
Mahmud seperti yang dilakukan oleh kedua orang tuanya dulu. Keimanannya semakin
meningkat setelah Hasan menimba ilmu disana dan mengamalkannya dalam setiap
langkah hidupnya. Setelah Hasan merasa cukup dengan ajaran-ajaran dari kiayi
Mahmud dan orang tuanya, maka setelah ia sekolah, Hasan pun bekerja disebuah
kantor milik Jepang. Kini Hasan harus terpisah dengan kedua orang tuanya,
karena pekerjaannya berada didaerah yang jauh dari desa tempat kelahirannya
dulu. Walaupun Hasan jauh dari kedua orang tuanya dan bekerja pada orang-orang
Jepang tetapi Hasan masih memegang teguh agamanya dan masih menjadi pribadi
dengan keimanan yang kuat.
Suatu ketika,Hasan sedang bekerja pada loketnya,Hasan
bertemu sahabat lamanya bernama Rusli, dia teman kecil Hasan yang telah meraih
kesuksesan dan memiliki pengalaman hidup yang luas.Dalam waktu yang
bersamaan,Rusli mengenalkan seorang perempuan bernama Kartini yang bersamanya
pada waktu itu kepada Hasan.Ketiganya saling bercakap-cakap sampai pada titik
kesimpulan bahwa Hasan disuruh berkunjung kerumah Rusli yang tidak jauh dari
perumahan yang ditempati Hasan.Hasan pun sering datang kerumah Rusli,Kartini
pun selalu ada disana.Hasan sangat senang bertemu dengan sahabat lamanya
itu,ditambah lagi dengan adanya Kartini yang menurut Hasan adalah sesosok
perempuan yang sangat mirip dengan Rukmini,kekasihnya dulu pada waktu
dikampung.Baginya Kartini adalah jelmaan yang dikirim Tuhan untuk menggantikan
Rukmini yang telah pergi dari kehidupannya.
Meskipun Hasan bahagia dengan sahabat lamanya itu,tapi semua
kebahagiaan itu belum cukup karena ternyata kedua temannya itu mempunyai
keyakinan yang berbeda dengan dirinya,mereka beranggapan bahwa sebenarnya Tuhan
itu tidak ada.Hal itulah yang membuat Hasan berniat untuk mengIslamkan kedua
temannya itu,tapi niat baiknya itu semakin terkikis oleh kebaikan Rusli dan
Kartini,Hasan sedikit melalaikan niat awalnya itu karena sering berdiskusi
tentang berbagai hal dengan Rusli ataupun Kartini.Walaupun niat Hasan mulai
luntur tapi dia masih taat pada ajaran Agamanya.Selain berkunjung kerumah
Rusli,Hasan pun sering diajak pergi ke Restoran oleh Rusli dan Kartini.Mereka
selalu pergi bertiga hingga perasaan lain pun datang kepada Hasan untuk
Kartini,dia pun menerima perasaan Hasan.Sejak saat itu mereka semakin dekat dan
akrab,tapi sering pula Hasan berfikir,mengeluh,hatinya bimbang,terombang-ambing
antara dua pilihan.Tetap berada di jalan yang telah diajarkan oleh orang tuanya
sejak kecil yaitu jalan Agama atau memasuki dunia yang baru saja ia kenal dari
sahabatnya Rusli dan Kartini namun telah menariknya dengan kuat menjadi seorang
Atheis.
Kehadiran Kartini mengubah seluruh hidup Hasan,berusaha
menyesuaikan diri dengan pergaulan Kartini dan paham yang diyakininya,Hasan
mengalami berbagai konflik yang menyebabkan pertentangan hebat didalam
batinnya.Masalah meruncing ketika muncul Anwar,seorang seniman dan sekaligus
teman Rusli,Anwar dikenalkan Rusli kepada Hasan dan Kartini ketika mereka
berada disebuah Restoran.Sejak saat itu Hasan telah mengetahui bahwa Anwar
menaruh hati kepada Kartini.Mengetahui keadaan seperti itu,akhirnya Hasan
menikahi Kartini yang sudah menjadi cita-citanya dari sejak ia
mengenalnya.Awalnya Hasan ingin menuntun istrinya itu menjadi seorang muslimah
dengan satu keyakinan dalam rumah tangga yang baru saja ia masuki.Tapi semua
harapan itu hilang ketika Kartini sering meninggalkan rumah setelah beberapa
bulan pernikahan,hal itu terjadi karena satu permasalahan antara Kartini dengan
orang tua Hasan yang memang dari semula tidak pernah menyetujui pernikahan
mereka karena Kartini seorang Atheis.
Rumah tangga yang semula diselimuti kabahagiaan harus
berakhir dengan perceraian,Hasan pun menceraikan Kartini karena dia beranggapan
bahwa Kartini telah berselingkuh dengan Anwar,dia selalu pergi dengan Anwar
ketika meninggalkan rumah.Begitulah pemikiran Hasan yang pada saat itu
keadaannya yang sedang sakit TBC,dia sangat sedih dan menyesal karena dia sudah
melukai hati kedua orang tuannya dengan menjadi Atheis dan menikahi Kartini
yang akhirnya Ayah Hasan harus meninggal dunia dengan membawa penyesalan yang
mendalam karena perbuatan anaknya, Hasan.Hasan sangat menyesal dengan apa yang
telah dipilih dalam hidupnya, dengan penyakit TBC yang dideritanya ditambah
dengan penyesalan yang sangat dalam maka Hasan pun semakin lemah dan harapannya
telah kosong. Hidupnya berakhir apda peluru yang ditujukkan kepadanya ketika
dia berjalan sempoyongan di jalan oleh tentara Jepang yang pada waktu itu
sedang mambabi buta di jalanan sekitar perumahannya. Hasan pun tersungkur
bermandikan darah dengan melepas kata “ALLAHU AKBAR “ tak bergerak lagi.
4.4
Angkatan 1950 – an
Ø
Cerpen Robohnya Surau Kami
Di sebuah desa, hiduplah seorang kakek tua yang mendiami
sebuah Surau. Sudah bertahun-tahun dia tinggal di surau yang ada di ujung jalan
sebagai penjaga surau. Dia hidup sebatang kara. Untuk kehidupan sehari-harinya
ia hanya menggantugkan hidupnya dari keahliannya mengasah pisau. Biasanya
masyarakat yang meminta bantuannya mengasah pisau akan memberinya upah sambal,
rokok, ataupun sedikit uang. Tidak sedikit juga yang hanya memberinya ucapan
terima kasih dan segaris senyuman. Sekali enam bulan ia mendapatkan ikan hasil
pemunggahan dari kolam ikan mas yang ada di depan surau, selain itu setahun
sekali ia mendapatkan fitrah Id dari orang-orang yang tinggal disekitarnya. Dia
memiliki keyakinan bahwa materi bukanlah segala-galanya dan dia berpikir lebih
baik ia memikirkan kehidupan nanti di akhirat dari pada kehidupan sekarang di
dunia. Kakek tersebut taat beribadah sampai-sampai melupakan semua kebutuhan
duniawinya.
Suatu hari Ajo Sidi menemui Kakek di surau. Ajo Sidi
dikenal sebagai seorang pembual desa yang sering menceritakan kisah-kisah yang
pelaku-pelaku dalam kisah tersebut adalah orang-orang yang menurutnya mempunyai
kesamaan perilaku dengan tokoh yang ada di dalam kisah karangannya. Biasanya
Ajo Sidi akan menceritakan kisah yang sifatnya menghina orang yang sedang ia
ajak bicara. Namun kelebihan yang dia miliki adalah, dia merupakan orang yang
suka bekerja keras karena hampir sepanjang waktunya dia habiskan untuk bekerja.
Ajo Sidi menceritakan kisah tentang Haji Saleh, seorang alim yang seumur
hidupnya dia habiskan untuk ibadah namun di akhirat Haji Saleh tetap saja masuk
ke neraka. Dalam cerita karangan Ajo Sidi, Tuhan marah kepada Haji Saleh karena
dia terlalu egois sehingga mengabaikan kebutuhan keluarganya di dunia karena
terlalu sibuk mengejar kehidupan indah di surga nantinya. Kakek merasa marah
dan tersinggung karena cerita Ajo Sidi, tidak hanya itu, Kakek juga jadi
pendiam dan kelihatan murung setelah pertemuannya dengan Ajo Sidi.Di Surau yang
merupakan tempat tinggalnya itu Kakek hanya duduk dan termenung memikirkan
cerita yang beberapa hari lalu didengarnya itu. Entah bagaimana Kakek merasa
bersalah dan sangat berdosa, hingga pada suatu hari Kakek ditemukan telah mati
bunuh diri di surau. Dia menggorok lehernya menggunakan pisau yang sebelumnya
dia tujukan untuk menggorok leher Ajo Sidi demi melampiaskan kemarahannya.
Ketika Ajo Sidi dicari untuk dimintai pertanggung jawabannya, Ajo Sidi malah
tidak ada di rumahnya karena dia sedang pergi bekerja seperti biasanya. Dia
hanya menitipkan pesan pada istrinya untuk membelikan tujuh lapis kain kafan
untuk Kakek.
4.5
Angkatan 1966
Ø
Novel Pada Sebuah Kapal
Sri dilahirkan dari keluarga sederhana yang sangat
menyenangi seni. Ayahnya adalah seorang pelukis. Sejak kecil, dia dimasukkan ke
sekolah tari. Sri adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Mereka hidup dengan
rukun di sebuah desa kecil yang terdapat di Semarang.
Saat umurnya tiga belas tahun, ayahnya meninggal dan setelah selesai sekolah menengah atas, Sri bekerja sebagai penyiar radio yang terdapat di kotanya.selama tiga tahun menjadi penyiar radio, ia mulai merasa jenuh dengan pekerjaannya. Sri mencoba mengikuti pendidikan pramugari yang ada di kota tersebut dan akhirnya mendapat kesempatan untuk diuji di Jakarta. Tapi sayang, ia tidak lulus menjadi pramugari disebabkan adanya penyakit yang terdapat di dalam paru – parunya. Setelah berobat, Sri harus istirahat selama tiga bulan dan ia memilih sebuah desa di Salatiga untuk menyembuhkanpenyakitnya.
Saat umurnya tiga belas tahun, ayahnya meninggal dan setelah selesai sekolah menengah atas, Sri bekerja sebagai penyiar radio yang terdapat di kotanya.selama tiga tahun menjadi penyiar radio, ia mulai merasa jenuh dengan pekerjaannya. Sri mencoba mengikuti pendidikan pramugari yang ada di kota tersebut dan akhirnya mendapat kesempatan untuk diuji di Jakarta. Tapi sayang, ia tidak lulus menjadi pramugari disebabkan adanya penyakit yang terdapat di dalam paru – parunya. Setelah berobat, Sri harus istirahat selama tiga bulan dan ia memilih sebuah desa di Salatiga untuk menyembuhkanpenyakitnya.
Setelah sembuh, Sri mencoba untuk hidup di Jakarta
walaupun tidak menjadi pramugari. Ia yakin dengan bakat yang dimilikinya ia
dapat hidup di Jakarta. Ia tinggal di rumah pamannya yang sebelumnya ditempati
oleh kakaknya, Sutopo yang telah lebih dulu ke Jakarta. Kini Sutopo telah
mempunyairumahdiJakarta.
Di Jakarta ia bekerja sebagai penyiar radio dan
penari untuk acara – acara istana. Di gedung latihan itu, Sri menyukai seorang
laki – laki. Namanya Basir. Tapi perasaannya bertepuk sebelah tangan. Di sisi
lain, Yus sangat mencintainya dan ingin menikah dengannya. Tapi Sri tidak
begitu menyukai Yus, karena komunis. Selain itu ada Narti, teman kecil Sri
waktu sekolah dasar yang sekarang menjadi pramugari. Narti sering main ke rumah
paman Sri untuk mengunjunginya. Narti memperkenalkan kedua teman yang bekerja
di angkatan udara kepada Sri, mereka bernama Saputro danMokar.
Pertemanan Sri dan Suparto awalnya biasa – biasa
saja. Seperti biasanya, sikap Saputro sangat lembut dan perhatian. Dari sikapnya
itu, Sri mulai jatuh hati dengan sosok Saputro. Kedekatan antara Sri dengan
Saputro semakin dekat setelah mereka bertemu di acara Malam Kesenian Kongres
Pemuda se-Asia. Dari pertemuan itulah, keduanya yakin kalau mereka saling
mencintai. Saputro memiliki jadwal penerbangan yang tidak menentu sehingga
kedatangannya tidak dapat diperkirakan oleh Sri. Setelah Saputro selesai
mengikuti pendidikan di Cekoslovakia, mereka memutuskan untuk tunangan dan
segera menikah. Setelah kembali dari Cekoslovakia, Saputro menemui Sri dan
memberikan sebuah cincin sebagai tanda pengikat diantara mereka. Malam itu pun
mereka habiskan bersama.
Seperti biasanya Saputro harus melakukan penerbangan
dengan jadwal yang tidak dapat dipastikan. Walaupun jarak yang jauh, mereka
telah menyiapkan segala sesuatu untuk pernikahan. Tapi kebahagiaan yang
sebentar lagi akan diraih oleh Sri harus bergantikan air mata, karena Saputro
tewas saat penerbangan dari Bandung menuju Jakarta karena cuaca yang buruk.
Kabar ini sangat melukai hati Sri. Dia seperti tidak memiliki semangat hidup, dan dia memutuskan untuk menenangkan diri. Dalam kesedihannya, Carl selalu menghibur Sri. Carl adalah teman Sutopo yang sebenarnya dia juga mencintai Sri. Namun ada satu hal yang tidak disukai Sri dari Carl, dia terlalu sombong dengan kekayaan yang dimiliki olehnya walaupun sikapnya baik terhadap Sri.
Kabar ini sangat melukai hati Sri. Dia seperti tidak memiliki semangat hidup, dan dia memutuskan untuk menenangkan diri. Dalam kesedihannya, Carl selalu menghibur Sri. Carl adalah teman Sutopo yang sebenarnya dia juga mencintai Sri. Namun ada satu hal yang tidak disukai Sri dari Carl, dia terlalu sombong dengan kekayaan yang dimiliki olehnya walaupun sikapnya baik terhadap Sri.
Sepuluh bulan setelah wafatnya Sutopo, Sri
memutuskan akan menikah dengan Charles yang berkebangsaan Perancis. Charles
adalah seorang diplomat yang sangat tertarik dengan kebudayaan. Keputusannya
untuk menikah dengan Charles ditentang oleh keluarga, terutama Sutopo. Kakaknya
itu tidak setuju kalau Sri menikah dengan Charles. Sutopo yakin Sri tidak akan
bahagia menikah dengan Charles karena Sri belum begitu mengenal Charles. Namun
Sri tidak peduli dengan nasehat keluarga. Ia tetap menikah dengan Charles dan
kewarganegaraannya menjadi Perancis. Setelah menikah, mereka bermukim di Kobe,
Jepang. Kehidupan rumah tangga Sri tidak bahagia, Charles yang pada awalnya
baik, perhatian sebelum menikah, kini berubah menjadi seorang yang pemarah,
pelit, dan suka membentak – bentak. Sri yang sejak awal tidak mencintai
Charles, menjadi semakin benci karena sikap yang ditunjukan Charles. Dari
Charles, Sri melahirkan seorang anak perempuan.
Pada kesempatan liburan, Charles mengajak anak dan
istrinya untuk melakukan perjalanan ke beberapa Negara. Setelah dari Indonesia,
mereka berangkat ke Saigon. Di sana Charles Menyuruh kepada istrinya untuk
melakukan perjalanan dengan kapal. Sementara dirinya akan mengunjungi beberapa
Negara yang akan dikunjunginya. Sri tidak keberatan melakukan perjalanan dengan
kapal berdua dengan anaknya yang masih berumur dua tahun. Karena dia tidak
pernah mengharapkan suaminya yang pemarah itu. Hanya kewajibanlah yang mengikat
Sri untuk setia terhadap suaminya.
Perjalanan dari Saigon menuju Marseille membutuhkan
waktu yang lumayan lama, sekitar tiga bulan. Di kapal itulah Sri bertemu dengan
Michel, seorang komandan kapal yang juga kecewa dengan istrinya. Sejak pertama melihatnya,
Sri sudah tertarik karena sikapnya dan pada beberapa kesempatan, mereka
bertemu. hubungan antara Sri dengan Michel semakin dekat setelah acara pesta
dansa. Sejak itu mereka sering bertemu dan cinta pun tumbuh diantara mereka
berdua. Awalnya Sri berpikir untuk selalu setia terhadap suaminya yang tidak
pernah dicintainya, tapi Sri juga berhak untuk mendapatkan kebahagiaan. Dia
sangat mencintai Michel, dan Michel pun demikian. Sosok Michel mengingatkan Sri
pada cintanya yang telah hilang. Selama perjalanan itulah dia menemukan
kebahagiaan yang selama ini tidak pernah dirasakan olehnya.
Setelah sampai di Marseille, Charles sudah menunggunya dan Sri pun harus berpisah dengan kekasihnya Michel. Setelah pekerjaan suaminya selesai, mereka kembali ke Kobe. Kehidupan Sri berjalan seperti biasanya. Setelah sekian lama tidak bertemu, akhirnya Michel mengabarkanakan lewat telegram bahwa dia akan ke Yokohama. Sri sangat gembira mendengar kabar ini. Akhirnya Michel dan Sri bertemu, mereka saling mencintai dan pada kesempatan – kesempatan yang jarang itu mereka selalu menghabiskan waktu bersama. Sri dan Michel menyadari akan keterikatan mereka terhadap pernikahan yang mereka jalani dengan pasangan masing – masing. Namun keadaan itu tidak menghalangi cinta keduanya. Sri sadar akan kehidupan Michel, dan dia akan selalu mencintai Michel.
Setelah sampai di Marseille, Charles sudah menunggunya dan Sri pun harus berpisah dengan kekasihnya Michel. Setelah pekerjaan suaminya selesai, mereka kembali ke Kobe. Kehidupan Sri berjalan seperti biasanya. Setelah sekian lama tidak bertemu, akhirnya Michel mengabarkanakan lewat telegram bahwa dia akan ke Yokohama. Sri sangat gembira mendengar kabar ini. Akhirnya Michel dan Sri bertemu, mereka saling mencintai dan pada kesempatan – kesempatan yang jarang itu mereka selalu menghabiskan waktu bersama. Sri dan Michel menyadari akan keterikatan mereka terhadap pernikahan yang mereka jalani dengan pasangan masing – masing. Namun keadaan itu tidak menghalangi cinta keduanya. Sri sadar akan kehidupan Michel, dan dia akan selalu mencintai Michel.
4.6
Angkatan 1980 – 2000 an
Ø
Novel Laskar Pelangi
Cerita dari sebuah daerah di Belitung, yakni di SD
Muhammadiyah. Saat itu menjadi saat yang menegangkan bagi anak-anak yang ingin
bersekolah di SD Muhammadiyah. Kesembilan murid yakni, Ikal, Lintang, Sahara, A
Kiong, Syahdan, Kucai, Borek, Trapani tengah gelisah lantaran SD Muhammadiyah
akan ditutup jika murid yang bersekolah tidak genap menjadi 10. Mereka semua sangat
cemas. SD Muhammadiyah adalah SD islam tertua di Belitung, sehingga jika
ditutup juga akan kasihan pada keluarga tidak mampu yang ingin menyekolahkan
anak-anak mereka. Di sinilah anak-anak yang kurang beruntung dari segi materi
ini berada.
Saat semua tengah gelisah datanglah Harun, seorang yang
keterbelakangan mental. Ia menyelamatkan ke sembilan temannya yang ingin
bersekolah serta menyelmatkan berdirinya SD Muhammadiyah tersebut. Dari sanalah
dimulai cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka
dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah
cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian
bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh
Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama
Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi
dari rumahnya ke sekolah.
Semua kejadian tersebut sangat menghiasi kehidupan kesepuluh
anak yang mengatasnamakan diri mereka sebagai Laskar Pelangi. Bu Mus yang
meupakan guru terbaik yang mereka milikilah yang telah memberikan nama tersebut
untuk mereka. Karena bu Mus tahu mereka semua sangat menyukai pelangi. Saat
susah maupun senang mereka lalui dalam kelas yang menurut cerita pada malam
harinya kelas tersebut sebagai kandang bagi hewan ternak. Di SD Muhammadiyah
itulah Ikal dan kawan-kawannya memiliki segudang kenangan yang menarik.
Seperti saat kisah percintaan antara Ikal dan A Ling.
Awalnya Ikal disuruholeh Bu Mus untuk membeli kapur di tokoh milik keluarga A
Ling. Ia jatuh cinta pada kuku A Ling yang indah. Ia tidak pernah menjumpai
kuku seindah itu. Kemudian ia tahu bahwa pemilik kuku yang indah tersebut
adalah A Ling, Ikal pun jatuh cinta padanya. Namun, pertemuan mereka
harus di akhiri lantaran A Ling pindah untuk menemani bibinya yang sendiri.
Kejadian tentang Mahar yang akhirnya mnemukan ide untuk
perlombaan semacam karnaval. Mahar menemukan sebuah ide untuk menari dalam
acara tersebut. Mereka para laskar pelangi menari sperti orang kesetanan, hal
tersebut dikarenakan kalung yang mereka kenakan dari buah yang langkah dan
hanya ada di Balitong, merupakan tanaman yang membuat seluruh badan gatal.
Alhasil mereka pun menari layaknya orang yang tengah kesurupan. Namun berkat
semua itu akhirnya SD Muhammadiyah dapat memenagkan perlombaan tersebut.
Namun, pada uatu ketika datanglah Flo, seorang anak yang
kaya pindahan ari SD PN, ia masuk dalam kehidupan laskar pelangi. Sejak
kedatangan Flo di SD Muhammadiyah tersebut yang membawa pengaruh buruk bagi
teman-temannya terutama Mahar, yang duduk satu bangku dengan Flo. Sejak
kedatangan anak tersebut nilai Mahar seringkali jatuh dan jelek sehingga
membuat bu Mus marah dan kecewa.
Hari-hari mereka selalu dihiasi dengan canda dan tawa maupun
tangis. Namun di balik semua kecerian mereka, ada seorang murid yang benama
Lintang yakni anggota laskar pelangi yang perjuangannnya terhadap pendidikan
perlu di acungi jempol. Ia rela menempuh jarak 80 km untuk pulang dan pergi
dari rumahnya ke sekolah hanya untuk agar ia bisa belajar. Ia tidak pernah
mengeluh meski saat perjalanan menuju sekolahnya ia harus melewati sebuah danau
yang terdapat buaya di dalamnya. Lintang merupakan murid yang sangat cerdas.
Terbukti saat ia, Ikal, dan juga Sahara tengah berada pada sebuah perlombaan
cerdas cermat. Ikal dapat menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah
kaya PN yang berijazah dan terkenal, dengan jawabannya yang membuat ia
memenangkan lomba cerdas cermat.
Namun sayang, semua kisah indah laskar pelangi harus
diakhiri dengan perpisahan seorang Lintang yang sangat jenius tersebut.
Lintangdan awan-kawan membuktikan bahwa bukan karena fasilitas yang menunjang
yang akhirnya dapat membuat seseorang sukses maupun pintar, namun kemauan dan
kerja keraslah yang dapat mengabulkan setiap impian. Beberapa hari kemudian,
setelah perlombaan tersebut Lintang tidak masuk sekolah dan akhirnya mereka
kawan-kawan Lintang dan juga bu Mus mendapatkan surat dari Lintang yang isinya,
Lintang tidak dapat melnjutkan sekolahnya kembali karena ayahnya meninggal
dunia. Tentu saja hal tersebut menjadi sebuah kesedihan yang mendalam bagi
anggota laskar pelangi.
Beberapa tahun kemudian, saat mereka telah beranjak dewasa,
mereka semua banyak mendapat pengalaman yang berharga dari setiap cerita di SD
Muhammadiyah. Tentang sebuah persahabatan, ketulusan yang diperlihatkan dan
diajarkan oleh bu Muslimah, serta sebuah mimpi yang harus mereka wujudkan. Ikal
akhirnya bersekolah di Paris, sedangkan Mahar dan teman-teman lainnya menjadi
seseorang yang dapat membanggakan Belitung.
PENUTUP
Sastra
(Sanskerta:
shastra) merupakan kata serapan dari bahasa
Sanskerta śāstra, yang berarti "teks yang mengandung
instruksi" atau "pedoman", dari kata dasar śās- yang
berarti "instruksi" atau "ajaran". Dalam bahasa
Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada
"kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau
keindahan tertentu.
Yang
agak bias adalah pemakaian istilah sastra dan sastrawi. Segmentasi sastra lebih
mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah
pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan adalah
salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi, bukan
sastra.
Selain
itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra
oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang
dijadikan wahana
untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.
Biasanya
kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa.
Jadi,
yang termasuk dalam kategori Sastra adalah:
·
Novel
·
Syair
·
Pantun
Sastra
lahir dari proses kegelisahan sastrawan atas kondisi masyarakat dan terjadinya
ketegangan atas kebudayaannya. Sastra sering juga ditempatkan sebagai potret
sosial. Ia mengungkapkan kondisi masyarakat pada masa tertentu. Ia dipandang
juga memancarkan semangat zamannya. Dari sanalah, sastra memberi pemahaman yang
khas atas situasi sosial, kepercayaan, ideologi, dan harapan-harapan individu
yang sesungguhnya merepresentasikan kebudayaan bangsanya. Dalam konteks itulah,
mempelajari sastra suatu bangsa pada hakikatnya tidak berbeda dengan usaha
memahami kebudayaan bangsa yang bersangkutan.
Dengan
perkataan lain, mempelajari kebudayaan suatu bangsa tidak akan lengkap jika
keberadaan kesusastraan bangsa yang bersangkutan diabaikan. Di situlah
kedudukan kesusastraan dalam kebudayaan sebuah bangsa. Ia tidak hanya
merepresentasikan kondisi sosial yang terjadi pada zaman tertentu, tetapi juga
menyerupai pantulan perkembangan pemikiran dan kebudayaan masyarakatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mahayana, Maman S, Oyon Sofyan (6 Mei 1991). Ringkasan
dan Ulasan Novel Indonesia Modern.
Jakarta:
Grasindo
Yudiono (6 Mei 2007). Pengantar Sejarah Sastra
Indonesia. Jakarta: Grasindo
Wikipedia “Kesastraan Indonesia”
Blog Makalah
Novel “Laskar Pelangi”
Novel “siti Nurbaya”
Novel “Layar Terkembang”
Atmazaki. 2005.”Ilmu Sastra Teori Dan Terapan”.Padang.Angkasa Raya.
Langganan:
Postingan (Atom)